Jumlah tersebut telah meningkat drastis dibandingkan program GGD pada 2015
lalu yang mengirimkan 798 orang guru. Mentri Anies Baswedan meminta
para bupati menerima para guru di daerahnya masing-masing dengan tangan
terbuka dan tidak memandang mereka lebih dari sekadar tambahan pegawai.
"Jangan hanya menganggap mereka adalah pegawai baru atau angka statistik
dalam daftar kepegawaian, tapi pandang mereka sebagai promotor dari
perubahan di daerah," kata mentri Anies, Minggu (15/5).
Mentri Anies berharap untuk para guru garis depan yang akan datang ke daerah 3T
tersebut bukan hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi dan menjadi agen
perubahan.
"Yang sekarang kita butuhkan anak-anak yang datang ke sana
untuk mengajar, mendidik, dan menginspirasi. Jangan berpikir hanya
menjadi guru. Namanya menjadi guru tetapi perannya sebagai inspirator," ujar penggagas Program Indonesia Mengajar tersebut.
Anies Baswedan juga mengingatkan Guru Garis Depan (GGD) ini tidak hanya sekadar pemenuhan kebutuhan
guru di daerah 3T, tetapi juga seperti merajut kembali tenun kebangsaan.
"Jadi bukan sekedar dari tempat yang sama (mengajar) ke tempat yang
sama, tapi membuat tenun menjadi satu. Kita semua termasuk yang
beruntung karena kita berinteraksi dengan ragam etnik dan budaya, tetapi
jutaan orang Indonesia lain yang tidak pernah berinteraksi," pungkasnya.
Mentri Anies sangat mengakui guru-guru yang akan dikirim ke daerah 3T memang memiliki
kendala yang berat seperti medan, ketersediaan listrik, infrastuktur
yang menantang. Akan tetapi, Anies berpesan bahwa guru-guru tersebut
berperan dalam pencerdasan generasi muda dan menjadi agen perubahan,
sehingga tugas mulia tersebut harus diemban dengan amanah.
silahkan like Fanspage Facebook kami untuk informasi terbaru seputar pendidikan.
Salam SUARAPGRI
0 Response to "Info Terbaru! Sebanyak 7000 Guru Akan Direkrut Untuk Mengajar di Wilayah Perbatasan"
Posting Komentar